
Pada hari Rabu (17/7/2013) malam usai sholat tarwih,
ratusan warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Makassar mendapat tausyiah dari MUI Provinsi Sulawesi Selatan,
DR. Muh. Arfa Sidiq, MA. Tausyiah dipusatkan di Masjid Nurul Huda,
Jalan Mannuruki 9 Lr.3, Kel. Mannuruki, Kec. Tamalate, Makassar.
Kegiatan tausyiah dirangkaikan dengan kegiatan pengkhataman pengkajian
ayat suci Alquran juz 19 sd 30 yang meliputi bacaan dan tafsir.
Pada sesi pertama sebelum
tausyiah dimulai, Ust. Sugito Mustofa membawakan pengkajian ayat suci
Alquran yang meliputi bacaan, makna dan keterangan. Surah yang dikaji
ialah Surah Bani Isroil ayat pertama. Ayat tersebut berkisah perjalanan
Nabi Muhammad dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqso dan Sidrotul Muntaha.
Pada sesi selanjutnya, Ketua DPW LDII Sul-Sel, Prof. Haryanto,
M.Pd. yang juga selaku dosen UNM memberikan sambutannya. Ia menyampaikan
bahwa LDII memiliki 5 sukses di Bulan Ramadan. Kelima sukses tersebut
ialah sukses puasa, sholat tarwih, tadarus Alquran, lailatul qodar dan
zakat fitrah. Prof. Haryanto menyampaikan harapannya kepada generasi
muda. Dengan kegiatan seperti ini semoga generasi muda semakin semangat
didalam mengikuti kegiatan pengajian-pengajian.
Setelah itu,
Drs. Hidayat Nahwi Rosul, selaku Pengurus DPP LDII menyampaikan beberapa
hal. “Saat ini islam sudah menemukan identitasnya. Buktinya banyak
parpol yang menggunakan simbol islam. Yang belum tercapai ialah orang
islam belum menerapkan ajaran-ajaran islam itu sendiri, misalnya
akhlakul karimah. Oleh karena itu. LDII ingin memberikan kontribusi
kepada Negara Indonesia dalam membina akhlakul karimah,” demikian
paparnya.
Hidayat juga menyinggung tingkat pendidikan, ekonomi
dan kesehatan masih masyarakat kita yang masih sangat rendah. Karena
itu, islam harus berupaya mendorong masyarakat agar hidup sehat dan
produktif. Wakil ketua KPID Sul-Sel ini menyampaikan sebuah anekdot.
“Orang Cina bisa bikin 12 buah sepeda dalam waktu seminggu. Indonesia
hanya mampu membuat tak lebih dari 5 sepeda,” kelakarnya.
Hidayat
menambahkan, LDII terus membangun mental spiritual bangsa. Ada 6
program yang selalu didengung-dengungkan LDII, yang biasa disebut 6
tabiat luhur. Dalam kehidupan sosial ada rukun, kompak dan kerjasama
yang baik. Dalam kehidupan pribadi ada : jujur, amanah, dan etos kerja
yang kuat.
Untuk membina generasi muda, LDII memiliki 3 program
generus. Ketiga program yang dimaksud ialah berilmu dan fakih agama,
berakhlakul karimah dan mandiri.
Pada sesi terakhir, DR. Muh.
Arfa Sidiq, MA, yang juga menjabat wakil rektor 5 Universitas Muslim
Indonesia (UMI) itu menyampaikan ceramahnya. Tema sentral yang beliau
bawakan saat itu ialah “urgensi keteladanan pemimpin”.

Sebelum
memulai ceramahnya, Kiai Arfa mengingatkan hadirin akan isi Surah
Al-Ahzab ayat 21 tentang keteladanan Nabi Muhammad SAW. “Terkadang kita
menganggap bahwa orang yang menjadi teladan hanyalah pemimpin, seperti
presiden, gubernur, dan bupati. Padahal, Menurut ajaran islam kita semua
adalah pemimpin. Kullukum rooin wakullu roin masuulun an roiyyatih.
Karena itu, dalam konsep islam tidak ada istilah atasan dan bawahan.
Boleh ada ketua, sekretaris dan bidang-bidang. Disitulah konteks amanah
sesuai dengan kemampuan masing-masing,” pungkasnya.
Beliau
menceritakan perjalanannya saat berkunjung ke Tambang Freeport. Ia
mengatakan bahwa disana tempat makan kalangan atas, menegah dan bawah
masing-masing berbeda. “Dalam dunia barat perbedaan atasan dan bawahan
itu 360 derajat”, tambahnya. Padahal di dalam Surah Al-Hujurot ayat 13,
Allah SWT telah menyampaikan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa. Tujuannya adalah untuk saling mengenal. Yang
membedakan antara orang yang satu dengan yang lain hanyalah tingkat
ketaqwaannya
SUMBER: WWW.LDII.OR.ID